Suatu
hari yang cerah
Di
dalam rumah yang gerah
Seorang
anak yang lugu
Sedang
diwejang ayah-ibunya yang lugu
Ayahnya
berkata:
“Anakku,
Kau
sudah pernah menjadi anak kecil
Janganlah
kau nanti menjadi orang kecil!”
“Orang
kecil, kecil peranannya
Kecil
perolehannya,” tambah si ibu
“Ya,”
lanjut ayahnya
“Orang
kecil sangat kecil bagiannya.
Anak
kecil masih mendingan,
Rengeknya
didengarkan,
Suaranya
diperhitungkan,
Orang
kecil tak boleh memperdengarkan rengekan
Suaranya
tak suara.”
Sang
ibu ikut wanti-wanti:
“Betul,
jangan sekali-kali jadi orang kecil
Orang
kecil jika jujur ditipu
Jika
menipu dijur
Jika
bekerja digangguin
Jika
mengganggu dikerjain.”
Ayah
dan ibu berganti-ganti menasehati:
“Ingat,
jangan sampai jadi orang kecil
Orang
kecil jika ikhlas diperas
Jika
diam ditikam
Jika
protes dikentes
Jika
usil dibedil.”
“Orang
kecil jika hidup dipersoalkan
Jika
mati tak dipersoalkan.”
“Lebih
baik jadilah orang besar
Bagiannya
selalu besar.”
“Orang
besar jujur-tak jujur makmur
Benar-tak
benar dibenarkan
Lalim-tak
lalim dibiarkan.”
“Orang
besar boleh bicara semaunya
Orang
kecil paling jauh dibicarakan saja.”
“Orang
kecil jujur dibilang tolol
Orang
besar tolol dibilang jujur
Orang
kecil berani dikata kurangajar
Orang
besar kurangajar dikata berani.”
“Orang
kecil mempertahankan hak
disebut
pembikin onar
Orang
besar merampas hak
disebut
pendekar.”
Si
anak terus diam tak berkata-kata.
Namun
dalam dirinya bertanya-tanya:
“Anak
kecil bisa menjadi besar
Tapi
mungkinkah orang kecil
Menjadi
orang besar?”
Besoknya
entah sampai kapan
si
anak terus mencoret-coret dinding kalbunya sendiri:
“O r a n
g k e
c i l
? ? ?
O r a n
g b e
s a r
! ! !”
1993
ORANG
KECIL ORANG BESAR - Puisi karya KH. Mustofa Bisri.
Puisi yang menyentuh ketika saya dengarkan.
Dan saya
ingin membagi puisi ini, untuk kaudengar (juga).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar